Rabu, 10 November 2010

hunting merapi 10-11-2010

hunting merapi tanggal 10-11-2010 di Ngupit, Ngawen, Klaten. Penantian panjang setelah beberapa lama langit ditutup oleh awan tebal...
Pagi2 itu terlihat sangat cerah, dari depan rumah liat ke arah merapi, ternyata nampak jelas. akhirnya perburuan dimulai, sampai di daerah Ngupit, spot yang pas buat motret penampakan Merapi pagi itu, tepatnya pukul 05.30 WIB















setelah puas menjepret merapi, perhatianku beralih ke arah sunrise di pagi itu yang jarang aku temukan beberapa lama kemarin...
menarik sekali...
















perburuan berlanjut sampai di jl. Jogja-Solo tepatnya di Jogonalan, Klaten (depan Lapangan Jogonalan) . pengambilan gambar pukul 09.15 WIB.
Di sepanjang jalan raya banyak para pengguna jalan yang berhenti sejenak untuk memotret penampakan Merapi di pagi itu..


Selasa, 02 November 2010

ketika manusia diperbudak oleh media

Seberapa sering kita menonton televisi dalam sehari? Seberapa banyak kita membaca majalah atau koran? Seberapa pentingkah mereka di kehidupan kita? Suatu pertanyaan yang mungkin anda pikir terlalu aneh untuk ditanyakan karena bagi kita hal seperti itu tidak terlalu dipikirkan, kita anggap hal tersebut biasa saja. Tapi, pernahkah kita terlintas pikiran tentang betapa tergantungnya kita terhadap media? Entah itu media cetak maupun media elektronik, betapa kita sangat membutuhkannya di kehidupan sehari-hari kita.

Misalnya saja dalam hal makanan atau benda-benda perawatan tubuh, kita selalu melihat bagaimana hal itu ditayangkan di media, khususnya televisi, apakah keunggulan-keunggulan yang disampaikan oleh televisi. Padahal kalau kita cermat, kita akan merasa bahwa kita hanya ditipu oleh media. Berbagai media menyampaikan hal-hal yang baik, khususnya dalam iklan, padahal kenyataannya tidak sesuai dengan yang diiklankan.

Sebagai contoh iklan tentang minuman ringan, ada beberapa minuman ringan yang mengandung berbagai zat yang membahayakan bagi tubuh manusia tetapi oleh media di tampilkan sedemikian rupa, hingga para penonton terlena oleh iklan itu dan menjadi konsumen dari produk yang diiklankan. Beberapa waktu lalu pemerintah telah menemukan kejadian yang menunjukkan bahwa makanan-makanan dan minuman-minuman yang sering kita jumpai di toko-toko dan sering muncul di iklan-iklan televisi mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh kita. Ironis sekali, bukankah media seharusnya lebih cermat sebelum menampilkan iklan suatu produk agar masyarakat tidak merasa tertipu.

Di era globalisasi ini, kita semakin dicekoki oleh berbagai media yang ada hingga kita pun menjadi budak media, kita hanya bisa menerima semua hal yang disampaikan oleh media, tanpa ada filter untuk memilah-milah hal baik dan buruk yang disampaikan media tersebut. Entah karena kita memang tidak perlu atau tidak tahu, padahal kalau kita bisa melakukannya kita tentu tidak akan menjadi manusia yang diperbudak oleh teknologi, manusia yang tingkat konsumerismenya tinggi. Sebuah buku menyebutkan bahwa salah satu teori globalisasi adalah, pendekatan kapitalisme global (kapitalisme adalah inti dari globalisasi), ditandai dengan semakin kuatnya konsumerisme (Devereux,2003:33).

Tingkat konsumerisme di masa sekarang sangat jelas terlihat ketika kita sedang pergi ke pusat perbelanjaan, kita sering melihat orang-orang membeli barang-barang merk terkenal, yang sering tampil di media pastinya. Tetapi kita juga tidak bisa menyalahkan media sepenuhnya yang telah sangat mempengaruhi kita, paling tidak dari media kita mendapatkan banyak informasi, meskipun informasi yang disampaikan tidak sepenuhnya benar karena biasanya informasi yang diberitakan biasanya disamakan dengan keinginan orang yang memiliki media tersebut.

Kita sangat terbantu dengan adanya globalisasi di bidang media, sebab karenanya kita bisa menikmati teknologi sedemikian rupa sehingga kita tidak merasakan lagi ada batasan dalam ruang dan waktu, misalnya dengan internet kita bisa merasakan seakan-akan kita berada di tempat lain sejauh apapun dalam waktu yang sangat singkat.

Definisi paling pas tentang globalisasi adalah sebuah proses penyeragaman dunia dengan standar tertentu-westernisasi (www.gemapembebasan.or.id). Budaya westernisasi biasanya identik dengan kapitalisme, begitu juga pemilik modal di media, sekarang ini banyak media yang dikuasai oleh satu orang saja, dan mereka berusaha menguasai semua media agar setiap keperluannya bisa terpenuhi oleh public. Misalkan pemilik media tersebut mencalonkan diri sebagai Presiden, mereka berusaha memonopoli semua media agar menayangkan sesuatu yang bisa mempengaruhi khalayak untuk memperhatikan dia dan mau untuk mendukung dia dalam pencalonan Presiden. Sebab, mereka pintar dalam mengkonsep tayangan yang dikonsumsi oleh para khalayak. Mereka bisa membuat sebuah iklan atau tayangan lain yang menarik dan mempengaruhi emosi kita dan memberi kita sugesti untuk mengikuti setiap kemauan dari sesuatu yang dimunculkan di media.

Oleh karena itu, kita harus waspada dengan setiap tayangan yang ada di televisi, jangan menerima sesuatu dari televisi dengan mentah-mentah karena salah-salah kita ternyata hanya menjadi objek penipuan oleh pemilik media demi memenuhi kepentingan pribadinya. Apalagi di era globalisasi ini, banyak budaya asing yang masuk ke Negara kita, biasanya budaya orang lain lebih menarik perhatian kita dan kita pun jadi terpengaruh olehnya, seperti pepatah yang menyebutkan kalau, “rumput tetangga memang lebih hijau dan subur”, maka dari itu kita harus lebih berhati-hati dan bisa memfilter diri dari pengaruh globalisasi yang buruk, karena pengaruh globalisasi tidak hanya membawa dampak baik bagi kita, tetapi juga dampak buruk.

Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga negara mampu menilai sampai di mana kita sebagai bangsa berada. Begitulah, misalnya, banjir informasi dan budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku (www.jurnal.bl.ac.id).

Publik cuma sebagai objek sekaligus subyek dimata media yang sangat mudah dimanipulasi. Tentu ini saja bukan hal yang fair, sebab bersifat satu arah. Mereka memberi stigma atau label pada publik demi melayani kepentingan elit politik. Pemaksaan label ini merupakan pemaksaan ideologi pada publik. Dan teknik bagaimana publik melihat sesuatu sesuai dengan sudut pandang keinginan elit politik (www.gemapembebasan.or.id).

Akhirnya, seperti yang disebutkan di atas, kita harus selalu waspada dengan segala sesuatu yang dibawa oleh media di era globalisasi, karena kalau tidak berhati-hati kita bisa penjadi korban perbudakan oleh media di masa globalisasi. Pemerintah juga perlu untuk berperan serta aktif dalam mengurangi dampak buruk globalisasi bagi masyarakat dan tidak membiarkan saja melihat perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia yang sudah dikuasai oleh media. Menghimbau dan jika perlu bisa melarang berbagai sepak terjang media yang berperilaku tidak semestinya yang berusaha untuk meracuni masyarakat.

Rabu, 07 Juli 2010

Dokter Gigi Angkat Bicara Tentang Hasil Muktamar Satu Abad



Yogyakarta, (rabu, 7 juli 2010) – Terpisah dari kegiatan sidang pleno 9 di sportorium, dari lokasi Pekan Niaga Seni dan Budaya Nusantara (PNSBN) diadakan talkshow tentang kesehatan dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(FKIK UMY), tepatnya di stand UMY EXPO 2010. Talkshow ini berjudul “Menjaga Kesehatan Gii Sebagai Kesempurnaan Muslim”, dengan narasumber Drg. Laelia Sp.KGA dari FKIK UMY jurusan Kedokteran Gigi. Tujuan dari talkshow ini adalah agar masyarakat senantiasa menjaga kesehatan gigi karena dengan menjaga kesehatan berarti kita telah berusaha menjadi seorang muslim yang senantiasa bersyukur.
Terlihat para peserta yang datang di talkshow ini mengikuti dengan antusias bahkan tampak dari mereka adalah anak-anak, karena penyampaian oleh yang membuka praktek di daerah jalan Gejayan ini sangat menarik dan mudah diterima baik dewasa maupun anak-anak.
Ketika diminta tanggapan tentang terpilihnya Prof.Dr. H. M Dien Syamsudin sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah yang kedua kalinya setelah diadakan rapat tertutup tadi siang di gedung AR.Fachruddin B UMY antara 13 nama anggota pengurus PP Muhammadiyah yang terpilih, “Bagus, karena saat ini mungkin belum ada figur lain yang yang tepat untuk menggantikan sosok Pak Dien”. “Saat ini yang diperlukan oleh Muhammadiyah adalah seorang pemimpin yang mampu melakukan kaderisasi dengan baik, karena yang dibutuhkan saat ini adalah memperluas kaderisasi” tambahnya.(ihwan mughofir)

Kamis, 01 Juli 2010

belom tau mau nulis apa

lagi gag mood nulis cz lagi gag enak perasaan ane...
besok aja lah ya nulis bla bla bla dan bla nya....

besok pagi harus motret acara penutupan temu tani di kaliurang padahal badan ane agak gak enak ni. tapi mau gimana lagi, udah jadi kewajiban.
mana gag tau tempatnya sebelah mana lagi..

parah!!!
udah ah, kepala ane lagi pusing sangat.
pengen istirahat dulu.....

hope tomorrow gotta dopping..